PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA PEMBELAJARAN
FISIKA SISWA KELAS X MAN SUMPUR
KECAMATAN BATIPUH SELATAN

Dublin Core

Title

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA PEMBELAJARAN
FISIKA SISWA KELAS X MAN SUMPUR
KECAMATAN BATIPUH SELATAN

Subject

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES

Creator

LAVIZHA ANGGIA

Publisher

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN TADRIS IPA-FISIKA

Format

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA PEMBELAJARAN
FISIKA SISWA KELAS X MAN SUMPUR
KECAMATAN BATIPUH SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
OLEH :
LAVIZHA ANGGIA
NIM. 410206
JURUSAN TADRIS IPA KONSENTRASI FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1439 H/ 2017 M
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples Pada Pembelajaran Fisika Kelas X MAN Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan”.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Srata satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Tadris IPA Konsentrasi Fisika. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Gusril Kenedi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang.
2. Ibu Dr. Prima Aswirna, S.Si, M.Sc, Ketua Jurusan Tadris IPA Konsentrasi Fisika. Bapak dan Ibu Dosen Staf Pengajar Jurusan Tadris IPA- Fisika UIN Imam Bonjol Padang. Serta Bapak dan Ibu Pegawai Perpustakaan UIN Imam Bonjol Padang dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah.
3. Ibu Dra. Sasmi Nelwati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Nurhasnah, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II dan Penasehat Akademik (PA) yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, serta telah memberikan arahan, semangat dan
iii
motivasi. Terima kasih atas semua nasihat yang berharga itu, terima kasih telah menjadi inspirasi dan teladan bagi penulis, kelak Insya Allah akan selalu ingat dan mengikuti arahan itu.
4. Bapak Hendri Ilyas S.Pd selaku kepalas ekolah MAN Sumpur dan Ibu Rahmi Fitri S.Pd, serta majelis guru MAN Sumpur yang telah membimbing dan memberikan arahan selama penulis melakukan penelitian.
5. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Tadris IPA-Fisika UIN Imam Bonjol Padang. Serta semua pihak yang tidak tersebutkan namanya satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Teristimewa buat Ibunda dan Ayahanda tercinta yang telah memberikan segala daya dan upaya serta doa’ dalam mendukung baik moril maupun financial untuk penulis dari kecil sampai menyelesaikan perkuliahan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan ilmu yang penulis miliki, sehingga terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis.
Padang, Juni 2017
Lavizha Anggia
i
ABSTRAK
Lavizha Anggia NIM: 410206 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X MAN Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan: Juruasan Tadris IPA Fisika Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, 2017. 78 Halaman.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan juga belum maksimalnya pemahaman konsep fisika siswa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari hasil belajar fisika siswa kelas X MAN Sumpur yang belum menunjukkan pencapaian yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari banyak hasil belajar fisika siswa yang masih dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 70, siswa yang tuntas pada kelas Xa hanya 4 orang dari 14 siswa dan kelas Xb juga 4 orangdari 12 siswa. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar fisika adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa kelas X MAN Sumpur lebih baik dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dari pada pembelajaran konvensional.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasy experiment dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN Sumpur tahun ajaran 2015/2016 semester I. Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini digunakan teknik sampling jenuh. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kelas Xa sebagai kelas eksperimen dan kelas Xb sebagai kelas kontrol. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji t, karena data terdistribusi normal dan kelompok data mempunyai variansi yang homogen.
Hasil analisis data yang diperolehpada ranah afektifterkait dengan aspek mengungkapkan pendapat, kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata dengan kriteria baik (B), dan kelas kontrol dengan kriteria cukup (C). Demikian juga untuk aspek menanggapi jawaban teman, kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata dengan kriteria cukup (C), dan kelas kontrol juga dengan kriteria cukup (C). Hal ini menunjukkan, keaktifan siswa di kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Sedangkan untuk penilaian kognitif terlihat sekali perbedaan hasil yang diperoleh oleh kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol, dimana rata-rata hasil belajar fisika siswa di kelas eksperimen adalah 81,07 sedangkan pada kelas kontrol adalah 71.67. Berdasarkan hasil ujit diperoleh thitung =2,11; ttabel = 1,71. Karena didapatkan thitung berada di wilayah penolakan H0, yaitu thitung > ttabel (2,11>1,71), maka keputusannya adalah Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples lebih baik dari pada pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN Sumpur pada taraf kepercayaan 95%.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI MUNAQASYAH
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................... ................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8
C. Batasan Masalah............................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Landasan Teori .............................................................................. 11
1. Belajar dan Pembelajaran Fisika ............................................ 11
2. Fisika dalam Perspektif Islam ................................................ 17
3. Pembelajaran Kooperatif ........................................................ 19
4. Model Pembelajaran Kooperatif TipeExamples Non
Examples ................................................................................ 22
5. Hasil Belajar ........................................................................... 29
B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 35
C. Kerangka Konseptual .................................................................... 36
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 38
v
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 39
B. Populasi dan Sampel ..................................................................... 39
C. Variabel dan Data Penelitian ….. …. ......................................... 43
D. Prosedur Penelitian........................................................................ 44
E. Instrumen Penelitian...................................................................... 47
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 52
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................... 58
B. Analisis Data ................................................................................. 63
C. Pembahasan ................................................................................... 60
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 73
BAB V : PENUTUP
E. Kesimpulan ................................................................................... 74
F. Saran .............................................................................................. 75
DAFTAR KEPUSTAKAAN .................................................................. 76
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai Ujian Semester I Kelas X TP 2015/2016 ............................. 5
3.1 Random Control Group Design .................................................... 37
3.2 Jumlah Siswa Kelas X MAN Sumpur TP 2015/2016 ................... 38
3.3 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Siswa Kelas X MAN
Sumpur TP 2015/2016 .................................................................. 39
3.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas SampelMenggunakan
Uji Liliefors ................................................................................... 41
3.5 Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .......................................................................................... 44
3.6 Klasifikasi Daya Pembeda............................................................. 47
3.7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal .............................................. 48
3.8 Klasifikasi Indeks Releabilitas Soal .............................................. 49
3.9 Contoh Format Lembar Observasi ................................................ 50
3.10 Rubrik Penilaian Sikap Siswa ....................................................... 50
3.11 Tabel Penilaian Afektif ................................................................. 52
4.1 Hasil Penilaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen dan
Kontrol .......................................................................................... 59
4.2 Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol ........................... 60
4.3 Klasifikasi Penilaian Aspek Mau Mengungkapkan
Pendapat Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................ 63
4.4 Klasifikasi Penilaian Aspek Mau Menanggapi Jawaban
Teman Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol .............................. 65
4.5 Perbandingan Rata-rata Hasil Aspek Afektif Kelas
Eksperimen dan Kontrol ................................................................ 65
4.6 Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel dengan Menggunakan
Uji Liliefors ................................................................................... 66
4.7 Hasil Uji Homogenitas Kelas Sampel ........................................... 67
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Grafik Persentase Siswa yang Memenuhi Aspek
Sikap Mau Mengungkapkan Pendapat .......................................... 62
4.2 Grafik Persentase Siswa yang Memenuhi Aspek
Sikap Mau Menanggapi Jawaban Teman ...................................... 64
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I Distribusi Nilai Rata-rata Semester I Kelas XMAN Sumpur ....... 1
II Uji Normalitas Populasi ................................................................ 2
III Uji Homogenitas Populasi ............................................................. 7
IV Validasi Instrumen ........................................................................ 9
V Silabus Pembelajaran .................................................................... 10
VI RPP Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................................. 15
VII Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes ........................................................... 45
VIII Soal Uji Coba Tes ......................................................................... 58
IX Analisis Item Soal Uji Coba Tes ................................................... 87
X Analisis Tingkat Kesukaran Soal (P) dan Daya Beda (D)
Soal Uji Coba Tes Akhir ............................................................... 88
XI ReliabilitasUji Coba TesAkhir ...................................................... 89
XII Soal Tes Akhir ............................................................................... 91
XIII DistribusiNilaiTes Akhir Kelas Sampel ........................................ 95
XIV Uji Normalitas Kelas Sampel ........................................................ 96
XV Uji Homogenitas ........................................................................... 101
XVI Uji Hipotesis .................................................................................. 103
XVII Lembar Observasi Kelas Eksperimen ........................................... 105
XVIII Lembar Observasi Kelas Kontrol .................................................. 108
XIX Tabel Kurva Normal ...................................................................... 111
XX Tabel Uji Liliefors ......................................................................... 112
XXI Tabel Distribusi Uji t ..................................................................... 113
XXII Tabel Sebaran F ............................................................................. 114
Surat Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia membutuhksn pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dlam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI. 20 Tahun 2003).
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaannya agar mampu menjalani tugas kehidupan dengan tidak menerima bantuan orang lain. Pendidikan dapat diperoleh dari lingkungan sekitar, baik itu di rumah, lingkungan tempat tinggal, sekolah, dan lain sebagainya. Pendidikan di sekolah dilakukan dengan beberapa pembelajaran, seperti pelajaran agama tentang kehidupan beragama, akhlak, dan pelajaran umum tentang kehidupan bernegara, berhitung, mengenal alam, dan lain sebagainya. Pelajaran tentang alam di sekolah disebut pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Pelajaran IPA didalamnya ada juga beberapa bagian didalamnya seperti Biologi, Kimia dan Fisika.
Pendidikan fisika merupakan bagian dari pendidikan sains dan termasuk salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat menunjang tujuan
2
pendidikan nasional yang ada. Fisika merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, kreativitas serta sikap bertanggung jawab pada perkembangan teknologi. Fisika berkaitan erat dengan cara mencari tahu dan memahami alam serta gejalanya secara sistematis sehingga pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan dari sekumpulan fakta dan teori saja, melainkan juga proses penemuan dan penerapannya (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
Fisika adalah salah satu cabang IPA yang memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah yang ada di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah. Fisika berperan penting dalam kemajuan dunia, seperti kemajuan dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang bergantung pada konsep dan prinsip fisika.Oleh sebab itu dengan adanya konsep dan prinsip fisika maka akan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan dibidang teknologi untuk menciptakan teknologi baru.
Teknologi pada saat sekarang ini telah mempermudah kehidupan sehari-hari, seperti dalam berkomunikasi, sekarang manusia menggunakan telepon atau handphone untuk menghubungi manusia yang lainnya. Sehingga dengan adanya teknologi maka manusia akan mudah saling berhubungan. Ilmu fisika juga menjelaskan tentang fenomena-fenomena alam. Banyak temuan fisika terbaru yang berkaitan dengan fenomena alam yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Quran. Temuan-temuan tersebut pada akarnya menjadi dasar penafsiran ayat-ayat Al-Quran seperti fenomena alam yang terdapat dalam Q.S Yunus ayat 5-6 sebagai berikut :
3
            
                
           
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan Dia-lah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang, dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa”. (Departemen Agama RI, 2009)
Ayat di atas Allah menjelaskan bahwa Dia-lah yang menjadikan matahari itu bersinar dan bulan bercahaya. Matahari adalah benda langit terbesar di Tata Surya. Ia terdiri atas gas yang sangat panas dan berpijar. Setiap detik, terjadi ledakan diseluruh permukaannya, matahari sendiri merupakan bom nuklir yang sangat besar. Ledakan di permukaannya sama dengan energi yang dipancarkan oleh jutaan bom atom. Mereka menghasilkan kobaran-kobaran api yang besarnya 40 hingga 50 kali besar bumi. Para ilmuwan sudah memperkirakan besarnya. Namun, kita tidak akan mampu membayangkannya dengan mencoba membandingkannya dengan suhu benda-benda yang kita kenal di bumi. Anggap suhu permukaan matahari adalah 6,000°C (11,000°F). Di bagian tengahnya bisa mencapai 12,000,000°C (21,600,000°F). Tak ada benda panas mana pun di bumi yang dapat dibandingkan dengannya. Tanganmu sulit menyentuh air yang panasnya 50°C (120°F). Bahkan pada cuaca yang panas, suhunya hanya sekitar 40–50°C (105-120°F). Contoh ini menunjukkan bahwa Allah mengatur dengan sangat tepat jarak antara bumi dengan matahari. Jika matahari sedikit saja lebih
4
dekat dengan kita, segala sesuatu di bumi ini akan layu dan kering karena panasnya dan berubah menjadi abu. Sebaliknya, jika ia sedikit lebih jauh, segala sesuatu akan membeku. Tentu saja, tidak akan ada kehidupan pada keduanya. Daerah kutub, yang sedikit menerima panas matahari, selalu tertutup oleh es. Sedangkan daerah katulistiwa, dimana sinar matahari yang diterima jauh lebih banyak, selalu panas. Allah telah menciptakan daerah tersebut sebagai contoh untuk kita. Daerah lainnya lebih sesuai untuk hidup manusia. Hal ini menunjukkan karunia Allah kepada kita. Karena, jika Allah tidak menentukan jarak antara bumi dengan dan matahari dengan tepat, kita akan lebih sulit untuk hidup di bumi. Bahkan bisa jadi tak ada lagi kehidupan (Yahya, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa ilmu fisika berperan penting dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan erat dengan fenomena-fenomena alam semesta. Dengan demikian, sudah sepatutnya Fisika harus disukai dan diminati oleh siswa untuk dipelajari dan dipahami.
Idealnya pendidikan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan, sehingga tujuan pendidikan fisika dapat tercapai secara optimal. Pembelajaran fisika diajarkan untuk menerapkan konsep ilmiah kepada peserta didik, peran guru dalam proses pembelajaran bukan hanya sebagai motivator dan fasilitator saja, tetapi siswa harus menjadi pembelajar yang aktif dimana siswa benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah yang ditemuinya.
5
Berdasarkan hasil wawancara dengan “RF”, beliau merupakan guru bidang studi fisika, mengatakan bahwa beliau masih menggunakan metode ceramah. Hal ini dikarenakan kurangnya keaktifan serta motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa masih hanya menerima apa yang disampaikan guru, belum ada kemauan untuk mencari atau menganalisis sendiri. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa masih kurang. Hasil belajar siswa dikatakan baik, apabila nilai siswa pada pokok bahasan tertentu adalah 70 atau lebih. Sedangkan hasil belajar yang kurang baik apabila nilai siswa kurang dari 70. Ketentuan ini berdasarkan standar ketuntasan belajar minimal pada sekolah yang bersangkutan.Akibat siswa yang tidak paham terhadap konsep fisika ini akan berdampak pada hasil belajar siswa. Ini akan menghambat siswa untuk memahami materi selanjutnya. Karena materi yang akan diajarkan selanjutnya akan berhubungan dengan materi sebelumnya.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2016, terlihat saat proses pembelajaran guru masih banyak menjelaskan konsep-konsep dari pada proses untuk memahami konsep tersebut. Konsep-konsep yang dijelaskan belum banyak yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa kurang menyukai dan kurang berminat dalam belajar fisika, siswa beranggapan bahwa belajar fisika hanya memusingkan kepala dengan banyaknya rumus-rumus. Sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dalam belajar fisika. Siswa malas untuk belajar terlebih dahulu di rumah.Akibatnya suasana belajar jadi monoton, tidak menarik dan kurang bermakna, yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang memuaskan.Sehingga masih ada siswa yang belum tuntas dalam
6
pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian semester 1 TP 2015/2016 dalam tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Data Nilai Ujian Semester 1 Fisika Kelas X MAN Sumpur TP 2015/2016
No
Kelas
Jumlah siswa
Siswa yang tuntas
Siswa yang
tidak tuntas
Rata-rata
KKM
Jumlah
%
Jumlah
%
1
Xa
14
4
28,57
10
71,43
64,64
70
2
Xb
12
4
33,33
8
66,67
58,75
70
(Sumber: Guru Bidang Studi Fisika MAN Sumpur yang sudah diolah penulis)
Tabel 1.1 di atas dilihat bahwa ketuntasan siswa hanya 28,57 % di kelas Xa dan 33,33 % di kelas Xb, dan yang tidak tuntas sebanyak 71,43 % di kelas Xa dan 66,67 % di kelas Xb, ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa masih tergolong rendah, oleh sebab itu perlu diterapkan usaha guru yang dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa serta kemauan untuk saling berbagi dengan siswa lain, salah satu model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples.
Model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Model example non example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Model pembelajaran kooperatif tipe
7
examples non examples ini membuat siswa dapat mengetahui hubungan pelajaran fisika dengan kehidupannya. Sehingga siswa dapat berinteraksi dengan teman melalui diskusi, siswa dapat mengemukakan pendapat dari hasil diskusi dan dapat mengetahui aplikasi dari materi yang dipelajarinya.
Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Examples and non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples non examples dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya dari pada dari sifat fisiknya. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul :“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X MAN Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan”
8
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah ditetapkan berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, yaitu sebagai berikut:
1. Guru jarang menghubungkan materi yang diajarkan dengan hal-hal yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.
2. Siswa dalam belajar mempunyai daya nalar, minat baca, dan motivasi belajar relatif rendah serta kemandirian belajar kurang.
3. Banyak siswa belum mampu memahami konsep-konsep fisika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
4. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran fisika yang beranggapan belajar fisika memusingkan kepala dengan banyaknya rumus-rumus.
5. Hasil ujian semester 1 mata pelajaran Fisika siswa kelas X MAN Sumpur TP 2015/2016 belum menunjukkan pencapaian yang maksimal.
6. Banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yang ditetapkan, yaitu 18 siswa dari 26 siswa.
7. Sarana dan prasarana yang kurang lengkap seperti: alat, media, buku-buku, perpustakaan yang lengkap, dan labor yang mendukung.
8. Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran belum bervariasi.
C. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan kemampuan yang peneliti miliki. Serta dikarenakan agar penelitian ini lebih terarah, terpusat, dan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Serta berdasarkan latar belakang dan identifikasi
9
masalah, maka masalah dibatasi pada aspek siswa yaitu, kurangnya interaksi antar siswa dan kemampuan memahami konsep-konsep fisika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta rendahnya hasil belajar fisika siswa. Oleh karena itu, penulis menawarkan solusi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. Selain itu pembatasan juga dilakukan pada:
1. Siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester II yang terdaftar pada TP 2015/2016 di MAN Sumpur.
2. Hasil belajar fisika di kelas X MAN Sumpur rendah karena strategi pembelajaran yang belum bervariasi
3. Hasil belajar yang diteliti yaitu meliputi ranah kognitif dan afektif.
4. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar materi alat ukur listrik dan gelombang elektromagnetik di kelas X MAN Sumpur.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dalam pembelajaran Fisika kelas X di MAN Sumpur”.
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang di paparkan di atas maka penelitian ini bertujuan “Untuk mengetahui bahwa hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dalam pembelajaran fisika kelas X di MAN Sumpur”.
10
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan teorotis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan pembelajaran fisika, terutama terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples.
2. Kegunaan praktis
a. Bagi guru, memberikan wawasan dalam penerapan pembelajaran yang efektif, dilihat dari aktivitas, motivasi, dan hasil belajar fisika siswa
b. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian yang sejenis.
c. Bagi peneliti, sebagai modal dasar untuk mengembangkan diri dalam bidang penelitian, menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai calon pendidik.
11
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Landasan Teori
1. Belajar dan Pembelajaran Fisika
Teori behavioristik dalam Jauhar (2011) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Hamalik (2004) mengemukakan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior trough experiencing). Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan daan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penugasan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Gagne dalam Slameto (2003) mengemukakan dua defenisi belajar yaitu:
a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Hamalik (2004) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi juga mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
12
Suyono(2012) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang membawa bersama-sama pengaruh dan pengalaman kognitif, emosional, dan lingkungan untuk memperoleh, meningkatkan atau membuat perubahan di dalam pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan cara pandang dari seseorang.Belajar didefenisikan sebagai suatu proses yang membawa bersama-sama pengaruh dan pengalaman kognitif, emosional, dan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, tidak harus dalam kondisi formal di dalam kelas, tetapi dapat secara informal dan nonformal.
Pendapat para ahli di atas merupakan dasar bagi penulis untuk menyimpulkan, bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh perubahan perilaku yang lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungan. Siswa dapat belajar dari alam atau dari peristiwa sosial sehari-hari. Sehingga siswa mendapatkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadiannya.
Pembelajaran merupakan proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa menuju ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki oleh siswa. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitas dalam pembelajaran agar siswa mau dan mampu belajar. Pembelajaran berorientasi pada proses belajar dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi (Sanjaya, 2005).
13
Hamalik (2011) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual dan komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Menurut Sanjaya (2008), ada tiga prinsip penting dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberikan latihan-latihan menggunakan fakta. Menurut piaget,struktur kognitif akan tumbuh manakalah siswa memiliki pengalaman belajar.Oleh karena itu, proses pembelajaran menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.
b. Anak harus berhubungan dengan tiga tipe pengetahuan yang masing- masing memerlukan waktu yang berbeda dalam mempelajarinya.Tiga tipe tersebut yaitu: pengetahuan fisis, pengetahuan sosial, dan pengetahuan logika.
Dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri. Melalui pergaulan dan hubungan sosial, anak akan belajar efektif dan dapat memahami perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Peserta didik adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak
14
didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan, apabila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung. Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan kegiatan, yaitu interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.
15
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Karena itu baik konseptual maupun operasional konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat pada pembelajaran. Komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para partisipan/siswa meniptakan dan saling berbagi informasi sati sama lain guna mencapai pengertiantimbal balik. Proses komunikasi dalam pembelajaran melibatkan dua pihak yakni pendidik dan peserta didik. Pendidik memegang peranan utama sebagai komunikator dan peserta didik memegang peran utama komunikan. Dalam praktiknya kedua peran itu dilakukan oleh kedua belah pihak pada gilirannya bertukar peran menjadi pemberi dan penerima informasi (Jihad dan Haris, 2012).
Fisika merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiahdan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen penting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto,2012).
Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains, didalam kamus ilmiah popular dinyatakan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang istemik dan objektif serta dapat diteliti kebenarannya.
16
Fisika yang merupakan pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan terhadap fenomena - fenomena yang ada di alam. Selain itu fisika juga didapatkan dari hasil eksperiman para ilmuan. Fisika didefenisikan sebagai ilmu yang membahas tentang aspek –aspek alam yang dapat dipahami dengan asas- asas dan hukum-hukum.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa ilmu pengetahuan alam (fisika) adalah hasil dari kegiatan yang diperoleh dengan metode yang berdasarkan 2 aspekyaitu proses dan produk sains. Yang dimaksud dengan proses adalah eksperimen (percobaan) sedangkan produknya dapat berupa konsep, tiori dan hukum.
Pembelajaran fisika merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk menyampaikan suatu yang berupa ilmu pengetahuan dalam hal ini adalah fisika dengan menggunakan model-model pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Pada dasarnya dalam pembelajaran fisika harus menguasai produk fisika yang berupa kumpulan hukum, teori dan rumus – rumus yang terbangun oleh sebuah konsep – konsep yang sesuai dengan proses pengkajiannya. Dalam pembelajaran fisika tidak hanya cukup hanya memperhatikan dua aspek proses dan produk atau materi yang dikuasai oleh siswa tetapi lebih dari itu dalam aspek proses dapat diharapkan memunculkan keterlibatan sikap ilmiah.
Pembelajaran fisika pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang cendrung memberikan penekanan kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri. Giancoli (2001) menyatakan bahwa tujuan utama semua
17
sains (termasuk fisika) adalah usaha untuk mencari keteraturan dalam pengamatan manusia pada alam sekitarnya. Banyak orang yang berfikir bahwa sains adalah proses mekanis dalam mengumpulkan fakta-fakta dan membuat teori, namun sebenarnya pernyataan ini tidak benar. Sains adalah suatu aktivitas kreatif yang melibatkan seluruh aktivitas pikiran manusia.
Pembelajaran fisika menuntut siswa agar mampu berfikir aktif dan kreatif. Menekankan keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi pembelajaran sendiri dan mampu mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa tidak hanya sekedar mengetahui dan menguasai materi pembelajaran namun mereka mampu untuk mengaplikasikannya ditengah-tengah kehidupan. Sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa tidak hanya sekedar berada dalam ingatan, tetapi juga untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat bagi masyarakat.
2. Fisika Dalam Perspektif Islam
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Fisika merupakan salah satu cabang IPA dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Jadi, Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen penting berupa konsep, prinsip, dan teori (Trianto, 2012).
18
Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang sangat banyak berkaitan dengan ilmu pengetahuan lainnya, bahkan konsep fisika merupakan dasar untuk menciptakan produk baru yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ilmu fisika juga mempelajari semua yang ada di alam, baik dari kejadian-kejadian alam, pembentukan alam serta seluruh apa yang ada di alam semesta ini, semua dikaji dalam ilmu fisika.
Ilmu fisika dan ayat-ayat Al-Quran memiliki hubungan yang sangat erat. Al-Qur’an adalah pijakan pertama berkembangnya ilmu pengetahuan, termasuk ilmu fisika. Al-Qur’an adalah pintu gerbang utama bagi para pemikir atau ahli fisika untuk membuka fenomena-fenomena alam semesta seperti yang diisyarat oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Q.S Al-Kahfi ayat 54, yang berbunyi:
               

Artinya : “ Dan sesungguhnya kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah”.(Departemen Agama RI, 2009)
Ayat diatas merupakan pernyataan Allah SWT tentang kandungan Al-Quran yang mengingatkan kita dengan berbagai perumpamaan secara berulang-ulang. Apabila kita perluas makna ayat diatas dengan peristiwa atau gejala fisis bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan wujudnya atau materinya selalu bergerak secara berulang-ulang. Gerak berulang dalam ruang berdimensi satu sering kita sebut sebagai getaran.
19
Surat Ar-Rum ayat 46 juga mengatakan :
            
     
Artinya: “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmatNya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintahNya dan supaya kamu dapat mencari karuniaNya, mudah-mudahan kamu bersyukur.” (Departemen Agama RI, 2009)
Secara umum “angin” disini sebagai angin yang bertiup membawa awan untuk menurunkan air hujan dan angin yang meniup kapal layar agar dapat berlayar dilautan. Kita merasakan kedekatan makna “angin” dalam ayat ini adalah gelombang, bukan saja gelombang bunyi yang membawa berita tetapi juga gelombang radio atau gelombang elektromagnet yang mampu dipancarkan kesegala penjuru dunia bahkan seluruh jagad raya ini (Mega, 2012).
Kandungan Al-Qur’an cukup jelas menyatakan bahwa konsep gelombang yang dipelajari dalam ilmu fisika telah dijelaskan sebelum ilmu fisika itu ditemukan oleh para ahli fisika yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam kandungan Al-Qur’an sudah mencakup semua fenomena yang ada di jagad raya ini baik yang nyata maupun yang gaib.
3. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Kenyataan ini
20
dimanfaatkan dalam belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi- berkomunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing (Suyatno, 2009).
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, ayaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (Rusman, 2014).
Slavin dalam Warsono (2012) mengatakan pembelajaran kooperatif mengacu kepada bermacam jenis metode pengajaran dalam, di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari bahan ajar. Pembelajaran kooperatif merujuk kepada metode pengajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Inti dari pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berlangsung para siswaakan duduk secara bersamadalam kelompok yang
21
beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru(Slavin, 2005).
Seorang ahli dinamika bernama Shaw dalam Suprijono (2010) memberikan pengertian kelompok“as two more people who interact with and influence one another”. Menurut Shaw satu cirri yang dipunyai oleh semua kelompok yaitu anggotanya saling berinteraksi, saling memengaruhi antara satu dengan yang lain. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sanjaya (2008) mengatakan prosedur pembelajaran kooperatif terdiri atas empat tahap yakni:
a. Penjelasan Materi
Tahap Penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok
b. Belajar dalam Kelompok
Dimana kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya.
c. Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dengan tes atau kuis.
d. Pengakuan Tim
Merupakan penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk diberikan penghargaan atau hadiah.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa, hal ini dibuktikan dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran kooperatif ini setiap anggota kelompok dituntut untuk bisa memberikan pendapat, ide dan pemecahan masalah sehingga dapat tercapai tujuan belajar.Tujuan dari pembelajaran kooperatif
22
adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan dalam kehidupannya. Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara berkelompok, untuk itu anggota tim harus bisa saling bekerja sama.
Menurut Suyatno (2009) langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b. Menyajikan informasi
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja
e. Evaluasi
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila (Rusman, 2014):
a. Guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual
b. Guru menhendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar
c. Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri
d. Guru menhendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa
e. Guru menhendaki kemapuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
Model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran. Examples non examples dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep suatu suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya dari pada dari sifat fisiknya. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples
23
memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas (Suciati,2013).
Model pembelajaran examples non examples yaitu suatu rangkaian penyampaian materi ajar kepada siswa dengan menunjukkan gambar-gambar yang relevan yang telah dipersiapkan dan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisinya bersama teman dalam kelompok yang keudian dimintai hasil disekusi yang dilakukannya. Jadi, model pembelajaran examples non examples berangkat dari data dokumentasi yang kemudian dekembangkan menjadi suatu kajian materi ajar yang menarik untuk dikaji dan diteliti sehingga diperoleh suatu pengetahuan sangat berguna yang sebelumnya tidak diketahui (Istarani, 2012).
Model examples non examples menurut peneliti adalah model pembelajaran yang mengguanakan media gambar sebagai bahan ajar yang bertujuan agar peserta didik memahami materi pelajaran lebih dalam. Pembelajaran yang dilakukan dengan model examples non examples dapat memudahkan peserta didik dalam menganalisa materi dengan bantuan gambar yang di sediakan.
4.2 Media yang Digunakan Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
Pembelajaran examples non examples adalah salah satu contoh model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Salah satu proses belajar mengajar adalah media gambar. Media
24
gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Penerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar. Penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah gambar (Huda, 2014).
Examples non examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan media-media atau non media sebagai contoh. Contoh-contoh yang biasa digunakan dan sederhana bisa berupa kasus yang ada di koran atau media lain seperti televisi, ataupun bisa lebih sederhana lagi berupa isu-isu yang sedang berkembang di dalam masyarakat yang tentunya tetap sesuai dengan bobot materi yang akan diberikan.
Examples non examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar yang sesuai dengan materi bahan ajar dan kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi. Perhatian siswa terhadap example dan non-example dengan media yang ditampilkan diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada (Sridewita,2013).
25
Manfaat media ini adalah untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Media yang digunakan diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. 4.3 Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples Muhammad (2015) mengemukakan model examples non examples juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Examples and non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan Non-Example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Model examples non examples penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
26
Prinsip Reaksi model pembelajaran Examples Non Examples adalah guru memberi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutna guru membagi siswa kedalam kelompok belajar 2-3 orang siswa, sehingga setiap anggota bertanggung jawab atas setiap penguasaan komponen-komponen yang di tugaskan sebaik-baiknya. Sehingga menyebabkan tumbuhnya rasa senang dalam proses belajar mengajar, serta dapat menjadikan siswa lebih semangat belajar karena dapat melihat secara langsung. Sistem sosial guru selalu mengamati semua yang di lakukan tiap kelompok agar kegiatan berjalan lancar. Dalam model ini guru tidak banyak mejelaskan tentang materi. Guru hanya menyiapkan materi yang berupa gambar-gambar untuk memfasilitasi anak dalam mendiskusikan sebuah materi dan dilakukan secara kelompok. Dalam kelompok tersebut tidak hanya materi yang di bahas saja melainkan juga member arti penting dari kerjasama, persaingan sehat antar kelompok, keterlibatan belajar dan tanggung jawab.
4.4 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
Model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples ditujukan untuk mengajarkan siswa dalam belajar
27
memahami dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya depelajari melalui dua cara yaitu pengamatan dan definisi.
Menurut Buehl (1996) dalam Huda (2014) bahwa model example non example melibatkan siswa untuk :
a. Menggunakan sebuah contoh untuk memperluas pmahaman sebuah konsep dengan lebih mendalam dan lebih komplek
b. Melakukan proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka membangun konsep secara progresif melalui pengalaman langsung terhadap contoh-contoh yang mereka pelajari
c. Mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih memiliki karakteristik konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.
4.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
Langkah-langkah model examples non examples menurut Jauhar (2011) adalah :
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. Guru menempelkangambar di papan atau di tayangkan melalui power point
c. Guru memberikan petunjuk dan peluang kepada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar
d. Kelompok yang terdiri atas 2-3 siswa melakukan diskusi dan analisis mengenai bagian yang merupakan contoh dan bukan contoh, lalu mencatat hasilnya.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
f. Guru mengomentari dan memberi penjelasan mengenai materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
g. Kesimpulan.
Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Examples and non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
28
Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
4.6 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
Menurut Istarani (2012) kelebihan dari model examples non examples adalah :
a. Pembelajaran lebih menarik, sebab gambar dapat meningkatkan perhatian anak untuk mengikuti proses belajar menggajar.
b. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar dari materi yang ada.
c. Dapat meningkatkan daya nalar atau pikir siswa sebab ia disuruh guru menganalisa gambar yang ada.
d. Dapat meningkatkan kerjasama antara siswa sebab siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam menganalisis gambar yang ada.
e. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab guru mempertanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.
f. Pembelajaran lebih berkesan sebab siswa dapat secara langsung mengamati gambar yang telah di persiapkan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dapat dipahami bahwa pada proses pembelajaran membuat pembelajaran lebih menarik, dikarenakan adanya gambar-gambar yang ditampilkan yang menyebabkan siswa bisa terfokus pada pembelajaran. Siswa lebih banyak mengetahui hubungan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari dengan gambar-gambar yang ditampilkan. Gambar-gambar yang ditampilkan dapat meningkatkan daya pikir siswa dan meningkatkan kerjasama anatar siswa serta tanggung jawab dalam mnenganalisa gambar yang ditampilkan.
29
4.7 Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples:
a. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus atau berkualitas.
b. Sulit menemukan gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yng telah dimilikinya.
c. Baik guru maupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utamanya dalam membahas suatu materi pembelajaran.
d. Waktu yang tersedia adakalanya kurang efektif sebab seringkali dalam berdiskusi menggunakan waktu yang relatif cukup lama.
e. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.
Uraian diatas mejelaskan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples juga mempunyai kekurangan dalam beberapa hal, disebabkan gambar-gambar yang sesuai materi pembelajaran sulit ditemukan yang berkualitas, sehingga hanya pada beberapa pembahasan materi pembelajaran yang bisa digunakan dengan media gambar. Proses pembelajaran pada umumnya jarang menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran. Waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran menggunakan media gambar ini memiliki waktu yang lama, sebab dalam pembelajaran di sekolah waktu sudah ditentukan tiap mata pelajarannya. Media gambar yang dibutuhkan tidak adanya dana khusus yang digunakan untuk menemukan gambar-gambar yang diinginkan.
5. Hasil Belajar
Hamalik (2004) mengatakan bahwa hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan dalam sikap,
30
kebiasaan, keterampilan, kesanggupan, menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmani. Jadi hasil belajar adalah tingkatan suatu prestasi belajar setelah seseorang melakukan kegiatan pembelajaran. Adapun hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil belajar fisika berupa nilai yang didapat dalam bentuk skor setelah diberi soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah diberikan.
Hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu pelajaran. Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yaitu perubahan tingkah laku dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Ranah kognitif
Bidang kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Menurut Sudjana (2009) ranah kognitif terdiri dari enam aspek:
1) Pengetahuan
Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal, hukum, bab, ayat, dan lain-lain.
2) Pemahaman
Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu
31
konsep.Untuk itu diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan. Jadi dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, dan rumus.
4) Analisis
Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkatan/hirarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Analisis sangat diperlukan bagi para siswa sekolah menengah apalagi di perguruan tinggi.
5) Sintesis
Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.
6) Evaluasi.
32
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu.
b. Ranah afektif
Hasil belajar ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai. Menurut Bloom ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Tingkat ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl (dalam Depdiknas, 2008) ada lima tingkatan, yaitu :
1) Tingkat receiving (penerimaan)
Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan terhadap stimulus yang tepat. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif.
2) Tingkat responding (pemberian respons)
Mengacu kepada partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Ini meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi suatu stimulus. Sebagai contoh siswa senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
33
3) Tingkat valuing (penilaian)
Mengacu pada nilai dan kepercayaan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen.Misalnya keinginan meningkatkan keterampilan,sampai pada tingkat komitmen. Penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
4) Tingkat organization
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antara nilai-nilai tersebut, kemudian nilai-nilai terbaik untuk diterapkan. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai.
5) Tingkat characterization (karakteristik)
Karakteristik adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sebagai contoh mau mengubah pendapatnya jika pendapat tersebut tidak sesuai dengan bukti-bukti yang ditunjukkan. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi dan sosial.
c. Ranah psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau tes perbuatan. Menurut Mardapi (dalam Depdiknas, 2008) keterampilan psikomotor ada 4 aspek ranah psikomotor, yakni:
34
1) Moving (bergerak): Kategori ini meliputi pada sejumlah gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: membawa, membersihkan, mengikuti, menempatkan atau menyimpan.
2) Manipulating (memanipulasi): Kategori ini meliputi pada aktivitas yang meliputi pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh seperti tangan-jari, tangan-mata. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: mengkalibrasi, merangkai, meramu, mengubah, membersihkan, menghubungkan, memanaskan, mencampurkan, mengaduk, menimbang, mengoperasikan, dan memperbaiki.
3) Communicating (berkomunikasi): Kategori ini meliputi pada pengertian aktivitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: mengajukan pertanyaan, menganalisis, mendeskripsikan, mendiskusi-kan, mengarang, menggambar, menjelaskan, membuat grafik, membuat tabel, mencatat, menulis, dan membuat rancangan. Misalnya, siswa dapat mengajukan pertanyaan mengenai masalah-masalah yang sedang didiskusikan atau siswa dapat melaporkan data percobaan secara akurat.
35
4) Creating (menciptakan): Kategori ini meliputi pada proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan baru. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: membuat kreasi, merancang, merencanakan, mensintesis, menganalisis, dan membangun. Misalnya, siswa dapat menggabungkan potongan-potongan alat untuk membentuk instrumen atau peralatan baru dalam suatu percobaan.
Penelitian yang akan dilakukan ini akan menilai aspek kognitif dan aspek afektif saja, karena keterbatasan sarana dan prasarana. Penilaian aspek kognitif menggunakan tes hasil belajar dan penilaian untuk aspek afektif menggunakan lembar observasi yang akan dibantu oleh guru pamong.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan, diantaranya:
1. Ikha Malikha (2012) dengan judul : pengaruh penerapan metode examples non examples terhadap penguasaan konsep matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar di SMP N 1 Kedawung kabupaten Cirebon. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh yang terjadi pada penerapan metode tersebut dengan bukti bahwa nilai rata-rata sebelum melakukan penerapan metode ini adalah 73,53, dan setelah melakukan metode ini maka hasil rata-rata nilai bertambah menjadi 75,83.Adapun perbedaaan penelitian yang dilakukan peneliti
36
melakukannya pada tingkat SMA dalam mata pelajaran fisika dan menggabungkan dengan pembelajaran kooperatif. Penlitian ini menggunakan teknik angket dan tes sedangkan peneliti hanya menggunakan teknik tes.
2. Nurul Astuty Yensy. B (2012) dengan judul : penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dengan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII SMP N Argamakmur. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa hasil nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan dari nilai rata-rata 58,68 dan ketuntasan belajar 51,72% berubah menjadi nilai rata-rata 82,34 dan ketuntasan hasil belajar 96,57%.Adapun perbedaaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti melakukannya pada tingkat SMA dalam mata pelajaran fisika dan peneliti tidak menggunakan alat peraga. Peneliti menggunakan jenis peneliatian eksperimen sedangkan penlitian ini penelitian tindakan kelas
C. Kerangka Konseptual
Proses belajar mengajar (PBM) berlangsung karena adanya interaksi antara guru dengan siswa yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pada kelas eksperimen guru menerapkan pembelajaran kooperatif model examples non examples, sedangkan pada kelas kontrol guru memberikan metode pembelajaran dengan metode konvensional.Pada kelas eksperimen siswa dituntut untuk aktif dan mandiri baik secara individual atupun kelompok, supaya dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Sedangkan pada kelas kontrol yang
37
menggunakan metode konvensional siswa bersifat pasif dan hanya menerima apa yang dijelaskan oleh guru.
Pembelajaran yang berlangsung pada kelas eksperimen berpusat pada siswa (student centered) sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol berpusat pada guru (teacher centered). Diharapkan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model examples non examples ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat dibedakan hasil belajar antara dua kelas tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas dan berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan kerangka penelitian sebagai berikut:
Bagan Kerangka Konseptual dalam Pembelajaran Fisika
Metode Konvensional
Metode Kooperatif Model Examples Non Examples
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Hasil Belajar
Proses Pembelajaran
TES
TES
38
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan hasil kajian teori dan kerangka fikir yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 :Hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples sama dengan pembelajaran konvensional di kelas X MAN Sumpur.
H1 :Hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas X MAN Sumpur.

Language

BAHASA INDONESIA

Type

SKRIPSI